Sudahkah anda pergi jalan-jalan ke Malaysia dan singgah di Kuala Lumpur? Chowkit?. Nah.. kalo belum jangan heran ya kalo sampai disana anda...
Sudahkah anda pergi jalan-jalan ke Malaysia dan singgah di Kuala Lumpur? Chowkit?. Nah.. kalo belum jangan heran ya kalo sampai disana anda berjumpa dengan orang-orang sebangsa dan setanah air kita. he.he... di Chow kit mestinya ramai sekali orang-orang Aceh yang bekerja disana bahkan tidak sedikit juga yang mempunyai kedai (toko) sendiri. Kok bisa..? ya bisalah.. dari beberapa kedai yang dimiliki orang Aceh di Chow kit mereka adalah pendatang era 90'an dahulu... jadi jangan heran.
Kebanyakan mereka sudah mempunyai IC bahkan MyKad, mereka sudah beranak pinak disitu. Bangsa Aceh yang tinggal di Chowkit mempunyai persatuan yang sangat kukuh. Hal ini dapat di lihat ketika adanya acara-acara seperti Maulid Nabi, Do'a bersama dan lain sebagainya. Ketika Maulid Nabi mereka merayakannya tidak cilet-cilet (tanggung-tanggung). Hal ini dapat dilihat dari segi makanan yang disediakan misalnya daging lembu, lembu yang dipotong bisa mencapai 16 ekor bahkan hingga 22 ekor. Lalu pertanyaannya di mana mereka memperoleh uang untuk membuat acara sebesar itu?. Jawabannya mudah sekali troen-troen peng. he.he...
Jln Tuanku Abdurrahman menuju ke Chow Kit (Source : wikimedia) |
Para panitia akan mengadakan rapat sebelum acara akan di adakan, mereka akan menentukan jumlah sumbangan yang harus di capai untuk membuat acara tersebut. Sumbangan bisa saja dari tauke-tauke maupun orang Aceh yang berada di sekitar KL bahkan luar KL.
Koran Malaysia Harian Metro dan juga Kosmo pernah memuat berita tentang keberadaan Bangsa Aceh yang bebas berjualan/ berniaga di Chow kit, dari Berita-berita yang di siarkan ada juga yang memprovokasi. Padahal mereka tidak tahu yang DBKL (Dewan Bandaraya Kuala Lumpur) lah yang meluluskan mereka berniaga. Kenapa diluluskan? jawabannya karena mereka juga sudah menjadi Warga Negara Malaysia ataupun Permastautin Tetap.
Pasar Chow Kit terletak di ujung utara Jalan Tunku Abdul Rahman Tapi, para pedagang asal Aceh kebanyakan berjualan di sepanjang jalan Raja Alang yang bersisian dengan Safuan Plaza. Atau, apabila kita turun di Stasiun Kereta Api Monorail, lalu menyeberangi jalan, dan belok kiri langsung tiba di pasar Chow Kit.
Di sepanjang kiri-kanan jalan Raja Alang, di kawasan Chow Kit, banyak pedagang Aceh berjualan. Di kawasan ini, atau tepatnya di depan Safuan Plaza, terlihat kios buah-buahan berjejer serta warung nasi dan mie Aceh, yang banyak dicari oleh masyarakat Aceh sendiri maupun orang Melayu.
Sementara itu kedai-kedai runcit (kelontong) berada teratur setelahnya, begitupun kios-kios jamu yang juga milik masyarakat Aceh ini berjejer dengan rapi. Mudah saja kita mengenal para pedagang Aceh, sebab semua mereka menggunakan bahasa Aceh dalam bertutur, persis seperti Pasar Aceh di Aceh, kecuali ada pembeli orang Melayu.
Memang pedagang Aceh di Malaysia sebenarnya tidak hanya di Chow Kit ini saja, banyak yang lainnya menyebar di wilayah lain, seperti di Puchong, Sungai Tangkas, Kajang, Bandar Tasik Selatan, Sungai Buloh tapi Chow Kit adalah sentralnya. Konon, menurut seorang pedagang di sana, jika bulan Maulid tiba, di kawasan Chow Kit ini kerap digelar Kenduri Maulid dengan menyembelih 12-15 ekor sapi.
Referensi :
Tulisan Teuku Muttaqin Mansur, PhD di Serambi Indonesia
www.malaysia-maps.com
www.wipedia.org
dan pengalaman peribadi
Koran Malaysia Harian Metro dan juga Kosmo pernah memuat berita tentang keberadaan Bangsa Aceh yang bebas berjualan/ berniaga di Chow kit, dari Berita-berita yang di siarkan ada juga yang memprovokasi. Padahal mereka tidak tahu yang DBKL (Dewan Bandaraya Kuala Lumpur) lah yang meluluskan mereka berniaga. Kenapa diluluskan? jawabannya karena mereka juga sudah menjadi Warga Negara Malaysia ataupun Permastautin Tetap.
Pasar Chow Kit terletak di ujung utara Jalan Tunku Abdul Rahman Tapi, para pedagang asal Aceh kebanyakan berjualan di sepanjang jalan Raja Alang yang bersisian dengan Safuan Plaza. Atau, apabila kita turun di Stasiun Kereta Api Monorail, lalu menyeberangi jalan, dan belok kiri langsung tiba di pasar Chow Kit.
Di sepanjang kiri-kanan jalan Raja Alang, di kawasan Chow Kit, banyak pedagang Aceh berjualan. Di kawasan ini, atau tepatnya di depan Safuan Plaza, terlihat kios buah-buahan berjejer serta warung nasi dan mie Aceh, yang banyak dicari oleh masyarakat Aceh sendiri maupun orang Melayu.
Sementara itu kedai-kedai runcit (kelontong) berada teratur setelahnya, begitupun kios-kios jamu yang juga milik masyarakat Aceh ini berjejer dengan rapi. Mudah saja kita mengenal para pedagang Aceh, sebab semua mereka menggunakan bahasa Aceh dalam bertutur, persis seperti Pasar Aceh di Aceh, kecuali ada pembeli orang Melayu.
Memang pedagang Aceh di Malaysia sebenarnya tidak hanya di Chow Kit ini saja, banyak yang lainnya menyebar di wilayah lain, seperti di Puchong, Sungai Tangkas, Kajang, Bandar Tasik Selatan, Sungai Buloh tapi Chow Kit adalah sentralnya. Konon, menurut seorang pedagang di sana, jika bulan Maulid tiba, di kawasan Chow Kit ini kerap digelar Kenduri Maulid dengan menyembelih 12-15 ekor sapi.
Referensi :
Tulisan Teuku Muttaqin Mansur, PhD di Serambi Indonesia
www.malaysia-maps.com
www.wipedia.org
dan pengalaman peribadi
COMMENTS